Postingan

Jadi, Gue Putusin Stop Main Sosmed Seminggu, dan Ini yang Gue Rasain

Gambar
Oke, minggu lalu gue ngelakuin hal yang agak ekstrem: ngapusin Instagram dan Twitter dari HP. Kalo kalian nanya kenapa, jawaban awal gue cuma, "Ya pengen aja sih. Kayak buang-buang waktu aja buka sosmed mulu." Memang bener sih, buang-buang waktu banget. Bangun tidur, mandi, buka HP liat sosmed. Di kantor, lagi capek, buka sosmed. Pulang kantor, buka sosmed. Sampe di rumah, siap-siap tidur, buka sosmed. Kayak hidup gue kayak bergantung sama sosmed. Padahal saat itu, gue mikir, "nggak juga, ah."  Akhirnya gue mutusin buat ngilangin akses gue sepenuhnya ke Instagram dan Twitter. Caranya? Selain ngapusin aplikasinya, gue juga bikin HP gue gak bisa akses web instagram.com dan twitter.com. Gak cuma itu, gue juga pasang extension browser di laptop pribadi dan kantor, supaya gak bisa akses website Instagram dan Twitter. Jadi, bener-bener gak bisa ngakses walaupun gue mau. Soalnya ribet ngebalikinnya, hahaha. Ngomong-ngomong, salah satu alasan gue ngapusin sosmed juga gara-g

Belajar menulis untuk belajar berpikir.

Gambar
Gue punya otak yang melilit. Banyak hal yang lewat di kepala, selama gue bekerja, belajar dan hidup sehari-hari. Hal ini kadang mengganggu. Terutama mengganggu fokus, mengganggu saat presentasi dan mengganggu saat gue berinteraksi dengan orang lain. Gue sering menemukan diri gue mengulang kata-kata, dan itu sangat tidak efektif. Kalau gue dengar lagi cara gue berbicara, sangat-sangat tidak baik. Tapi gue merasa harus memperbaiki ini. Salah satunya dengan cara belajar menulis.   Gue dulu suka nulis. Menulis juga jadi hal yang biasa gue lakukan karena gue sering membaca. Meskipun buku yang gue baca seringnya buku Raditya Dika. But it helps so much . Saat ini di 2023, semua itu mulai berkurang.  Gue makin berkurang membaca, makin gak bisa menulis, sampai tulisan ini pun kacau parah banget. I need to relearn how to write . Why ?   I stumbled upon Kevin Anggara's podcast about himself and his love in writing . Video ini sih isinya tentang bahasan konten kreator, tapi ada bagian dia ceri

Bukan 'Bisa', tapi 'Mencoba'

Ada satu hal yang gue sadari beberapa hari kebelakang. Tentang diri ini dan mindset yang selama ini gua miliki. Sebagai catatan, gue gak tau apakah mindset ini tepat gue miliki, atau sebenarnya justru memperburuk kondisi gue. Nevetheless, here's the thought. Gue bukan bisa berbagai macam hal, gue mencoba. Sebuah pemikiran yang sebenarnya, sudah dijelaskan oleh kerabat terdekat gue, namun gue malah tidak melihat hal itu dengan jelas. Tanpa menjadi kepedean, gue merasa ada beberapa hal yang memang bisa gue lakukan secara mudah, ada juga beberapa hal yang gue kesulitan melakukannya. Salah satu yang gue sulit adalah mendesain. Hal ini tergambar jelas dari bertahun-tahun kuliah Arsitektur tapi gak sama sekali memiliki perkembangan yang signifikan. Dengan kesulitan yang muncul, juga ditambah kondisi keluarga saat itu, gue jadi lulus kuliah di tahun ke-5. Gue pun sejatinya gak masalah dengan hal itu, tapi kadang jadi buah pikiran aja. Jadi saat sekarang gue terjun ke dunia Arsitektur dan

Kopi dan Ekstasi untuk dipaksa produksi dan relaksasi

​Enggak, gue gak bener-bener konsumsi obat-obatan terlarang, tapi suplemen dan doping yang gue konsumsi seakan bersifat seperti itu, karena tujuannya untuk membuat gue semakin produktif dan kreatif. Perjalanan gue dengan produktivitas udah bermula sejak jaman kuliah. Dulu, pas mau begadang, gue bener-bener kepengen ada yang membantu gue biar gak ngantuk dan tetep bisa kerja, mengejar deadline dengan lancar, terlepas dari episod depresif yang gue alami saat itu. Dari situ, gue mulai melakukan riset pribadi tentang berbagai jenis zat, mulai dari kafein, taurin, dan omega-3. Pada saat kuliah, gue memilih mengkonsumsi kafein dan taurin melalui minuman berenergi (semacam Kratingdaeng atau Red Bull). Kayaknya di postingan masa gue kuliah, gue juga sempat menceritakan perjalanan ini. Tapi malah saat itu, bukannya gue jadi melek, malah ngantuk dan gak kerja. Emang aneh ini badan ya, hahaha. Tapi ternyata obat begadang yang paling mujarab adalah kesadaran bahwa besok, kerjaan ini harus selesai.

How things work.

I'm curious about the world and how things work. Kalimat di atas gue tulis saat memperbaiki CV, beberapa hari yang lalu. Sebuah kalimat yang, pada hari ini, kayaknya gue sadari merupakan kunci dari seluruh permasalahan gue selama ini, dan kunci jawaban dari soal "Apa sebenarnya passion gue?" Gue coba untuk melihat progress gue di 7 bulan ini. Kapan hari, gue sempet berbincang sama salah satu kolega gue, yang sama-sama masuk di waktu yang sama. Kita sharing tentang apa yang gue rasakan disini, dan seperti biasa, dia memberikan beberapa nasihat ke gue. Sampai suatu waktu dia berkata, "Kok gue lihat lo tuh emang suka ngulik ya, To? Kayak, kalau soal penggunaan aplikasi (SketchUp, AutoCAD, atau 3ds Max + Corona Renderer) tuh cepet banget belajarnya. Langsung pesat gitu gatau kenapa. Tapi kalau soal desain, kayak lama banget gitu progresnya." Omongan dia bener juga. Gue selama ini merasa terbantu banget soal penggunaan aplikasi. Tugas pertama pas gue masuk itu bantu

Pursuit of Happiness; sebuah nama baru untuk buku lama

Let's start simple. My life is a mess right now. Uang cash keluarga kami lagi-lagi menyentuh angka nol rupiah. Semua karena keteledoran gue saat pergi ke Surabaya beberapa pekan lalu. Pengeluaran membengkak mengakibatkan kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk empat bulan kedepan, sambil menunggu uang kontrakan yang akan tiba, juga menunggu tanah kami di daerah Griya Bhara Wira Depok terjual. Hanya tinggal sedikit uang darurat yang tersisa, yang mana masih berbentuk emas lama 25 gram. Hanya itu dan aset non produktif lain seperti mobil, yang mungkin dalam waktu dekat akan dijual. Dua tahun setelah Bokap meninggalkan kami, hidup tak pernah menjadi mudah. Pengeluaran banyak, pemasukan hampir tidak ada. Rasanya saat ini banyak yang harus dikurangi, salah satunya asuransi; hal yang membuat kami sempat terpuruk dua tahun yang lalu. We can't afford the luxury. Kondisi kantor saat ini juga sedang tidak baik. Tekanan psikologis yang dilakukan oleh atasan gue di kantor demi naiknya kedis

The Loser

​Pagi-pagi ada yang bikin gue galau. Padahal cuma satu story yang maknanya biasa aja, tapi rasa di hati entah berkata lain. Gue kalah wkwkwk. Sebenernya ini memang sudah gue persiapkan dari awal sih, saat gue memutuskan untuk melanjutkan rasa ini ke doi. Gue siap untuk berjuang, dan kalah. Karena ujung-ujungnya sebenernya, ini bukan tentang ngejar dia, tapi ngejar diri gue sendiri untuk bisa jadi lebih baik; yang mungkin jadi layak buat dia. Kenyataannya enggak, wkwkwk. Pada akhirnya, hubungan kami mungkin cuma sebatas tukang servis komputer dan klien aja. Datang saat butuh, saat tidak? Ya sudah. Tapi, di lubuk hati terdalam (anjay lebay bet—something that you would say when you see this), kalau memang jadi tukang servis komputer memberikan gue kesempatan untuk berinteraksi meskipun sedikit saja, gue ikhlas selamanya jadi tukang komputer Lo. Tapi yang jelas, dengan melihat story lo hari ini, gue berharap, apabila apa yang gue pikirkan ini akan menjadi kenyataan suatu hari nanti, lo aka